ANALISIS BUTIR SOAL
MAKALAH
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Dosen :
Dr. Supardi,
Ph. D
Drs. H.M.A. Djazimi, M. Pd
Oleh:
IWAN RIDWAN, S.
Pd. I
NIM: 1140101046
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
“SULTAN MAULANA
HASANUDIN” BANTEN
TAHUN 2012 M /
1433 H
ANALISIS BUTIR
SOAL
Oleh: Iwan Ridwan[1]
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun
2003 disebutkan bahwa, pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.[2]
Untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa, kemudian pemerintah
melaksanakan amanat undang-undang sisdiknas tersebut dengan kewenangannya mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal sebagai wahana pembelajaran. Dalam
lembaga-lembaga pendidikan itulah peserta didik diberikan berbagai ilmu pengetahuan
dan dididik baik jasmani maupun rohaninya melalui sebuah proses pendidikan dan
pembelajaran dengan waktu yang begitu amat panjang. Salah satu dari bagian proses
pendidikan yaitu dengan adanya suatu kegiatan evaluasi.
Selanjutnya,
kenapa harus ada evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan? Saya berpendapat, evaluasi
ini sangat penting sekali untuk dilaksanakan oleh tenaga pendidik, karena dapat
dijadikan sebagai kegiatan pengendalian, penjaminan, penetapan mutu dan alat
untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik sebagai out put serta
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Adapun salah satu
bentuk dari evaluasi di sekolah yaitu berupa tes, ulangan, atau ujian mata
pelajaran yang diberikan kepada peserta didik. Tes atau ulangan ini juga untuk
membantu dalam penjaminan mutu pendidikan itu sendiri. Hal ini selaras dengan Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat 1 yang
menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan
ulangan kenaikan kelas.[3]
Tetapi
kenyataan yang terjadi di lapangan yaitu masih terdapatnya tenaga pendidik yang
melalaikan tugas dan fungsinya, contohnya ada yang tidak menganalisis hasil
ulangan bahkan belum pernah sama sekali, sedangkan bagi para pendidik yang
selalu menganalisis hasil ulangan juga suka
menemukan bahwa tes yang direncanakan
[1] Mahasiswa Pascasarjana IAIN “SMH” Banten Semester Tiga
Tahun 2012, Tinggal di Menes Pandeglang Banten.
[2] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005, Guru dan
Dosen, (Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing, 2008) h. 114
terkadang belum
mampu mengakomodir tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan.
Oleh karena itu
sebagai tenaga pendidik harus mengetahui dan memahami bagaimana agar tes yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, selain itu juga harus
mampu mengaplikasikan bagaimana cara dan strategi dalam menganalisis butir-butir
soal.
Berkaitan dengan
apa yang telah saya kemukakan di atas, untuk itu saya akan membahasnya dalam
sebuah makalah dengan judul analisis butir soal, dengan harapan semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua sebagai tenaga pendidik dan kependidikan serta
stikholder lainya yang peduli dan konsen terhadap eksistensi pendidikan,
sehingga dapat meningkatan kualitas anak bangsa di negeri ini.
A.
Rumusan
Masalah
Dalam makalah
ini saya
akan membahas masalah-masalah sebagai berikut :
1.
Apa definisi analisis butir
soal
2.
Bagaimana teknik analisis butir soal, mengenai:
a.
Taraf kesukaran soal
b.
Daya pembeda soal
c.
Fungsi distraktor (pengecoh) soal
B.
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui definisi analisis butir soal
2.
Untuk mengetahui teknik analisis butir soal, mengenai:
a.
Taraf kesukaran soal
b.
Daya pembeda soal
c.
Fungsi distraktor (pengecoh) soal
I.
PEMBAHASAN
A.
Definisi Analisis Butir
Soal
Kita
telah ketahui bersama bahwa analisis butir soal
merupakan salah satu bagian
pembahasan dari evaluasi pendidikan. Oleh karena itu
sebelum kita membahasnya lebih jauh, alangkah bijaknya bagi kita untuk sekedar
mengingat kembali tentang makna evaluasi. Kata evaluasi menurut kamus besar
bahasa Indonesia yaitu penilaian.[1]
[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) h. 272
Sedangkan evaluasi
itu sendiri menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara adalah suatu
proses menentukan nilai prestasi belajar pembelajaran dengan menggunakan
patokan-patokan tertentu agar mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan
sebelumnya.[1]
Kemudian makna
analisis butir soal dapat kita telusuri sebagai berikut: secara bahasa analisis itu sendiri berasal
dari bahasa Inggris yaitu Analysis yang berarti analisa, pemisahan atau
pemeriksaan yang teliti. Dalam bahasa Indonesia analisis diartikan sebagai
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dan
sebagainya).[2]
Analisis butir
soal diartikan sebagai penyelidiakan
atau penelitian terhadap suatu bagian dari keseluruhan sesuatu yang harus
dijawab oleh peserta didik. Analisis soal digunakan untuk menilai tes yang
telah dibuat baik oleh guru maupun tes standar yang dibuat oleh tim.[3]
Nana Sudjana
mendefinisikan analisis butir soal atau analisis item yaitu
pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang
memiliki kualitas yang memadai.[4]
Dari beberapa definisi di atas
dapat saya
disimpulkan, bahwa analisis butir soal yaitu suatu
proses yang dilakukan untuk
menyelidiki, menelititi dan mengkaji pertanyaan-pertanyaan
tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
A.
Teknik Analisis Butir
Soal
Analisis
butir soal (item analysis) antara lain bertujuan untuk mengadakan
identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek.[5]
Sehingga dapat diperoleh informasi tentang ketidak layakan sebuah soal sehingga
ada “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan.
Kita dapat
menganalisis butir-butir soal hasil belajar peserta didik melalui tiga segi,
yaitu: (1) segi derajat kesukaran soal, (2) segi pembeda soal, dan (3) segi
fungsi distraktornya (pengecoh).[6]
[1] Eveline Siregar, Hartini Nara, Teori Belajar
dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) h. 142
[3] Darwyan Syah dkk, Pengembangan Evaluasi
Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Diadit Media, 2009) h. 147
Dalam
pembahasan ini saya ambil teori-teori dan pendapat-pendapat yang di kemukakan para ahli di bidang evaluasi
pendidikan. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan komparasi dengan teori-teori
yang lainnya yang kebetulan belum tertulis dalam makalah ini, karena tidak
menutup kemungkinan banyak teori-teori lainnya yang mengemukakan tentang
analisis butir soal.
Pembahasan
dari teori-teori tersebut di atas, yaitu sebagai berikut:
1.
Taraf kesukaran soal
Soal yang
baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.[1]
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauannya.
Seorang
siswa akan menjadi hafal akan kebiasaan guru-gurunya dalam hal pembuatan soal
ini. Misalnya saja guru A dalam memberikan ulangan soalnya mudah, sebaliknya
guru B kalau memberikan ulangan soalnya sukar-sukar. Dengan pengetahuannya
tentang kebiasaan ini, maka siswa akan belajar
giat jika menghadapi ulangan dari guru B dan sebaliknya jika akan
mendapat ulangan dari guru A, tidak mau belajar giat atau bahkan mungkin tidak
mau belajar sama sekali.
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index).[2]
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini
menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan
bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soalnya
terlalu mudah.
0,0 ______________________ 1,0
Sukar mudah
Di dalam
istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan
dari kata “proporsi”. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah
jika dibandingkan dengan P = 0,20. Sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar
dari pada soal dengan P = 0,80.
Melihat
besarnya bilangan indeks ini maka lebih cocok jika bukan disebut sebagai indeks
kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks fasilitas, karena
semakin
mudah soal itu, semakin besar pula bilangan indeksnya. Akan tetapi telah
disepakati bahwa walaupun semakin tinggi indeksnya menunjukan soal yang semakin
mudah, tetapi tetap disebut indeks kesukaran.
Rumus
mencari P,[1]
yaitu:
Di mana:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal
itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Latihan:
Ada 20 siswa
dengan nama kode A s.d. T yang mengajarkan tes yang terdiri dari 20 soal.
Jawaban tesnya dianalisis dan jawaban tertera seperti berikut ini: (1 = jawaban
betul; 0 = jawaban salah)
Tabel 1
Nama
Siswa
|
Nomor soal
|
Skor
Siswa
|
|||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
||
A
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
13
|
B
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
11
|
C
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
14
|
D
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
9
|
E
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
14
|
F
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
8
|
G
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
13
|
H
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
9
|
I
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
17
|
J
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
13
|
K
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
10
|
L
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
4
|
M
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
13
|
N
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
16
|
O
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
12
|
P
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
10
|
Q
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
9
|
R
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
11
|
S
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
14
|
T
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
10
|
Jumlah
|
10
|
14
|
4
|
9
|
15
|
6
|
16
|
17
|
3
|
11
|
10
|
18
|
20
|
10
|
8
|
8
|
12
|
13
|
13
|
13
|
|
Contoh penggunaan:
Misalnya jumlah siswa
peserta tes dalam suatu kelas ada 40 orang. Dari 40 orang siswa tersebut 12
orang yang dapat mengerjakan soal nomor 1 dengan betul. Maka indeks
kesukarannya adalah:
Dari tabel yang
disajikan tersebut, dapat ditafsirkan bahwa:
Soal nomor 1 mempunyai
taraf kesukaran
-
Soal nomor 9 adalah soal yang tersukar karena hanya dapat dijawab betul
oleh 2 orang
-
Soal nomor 13 adalah yang paling mudah karena seluruh siswa peserta tes
dapat menjawab.
Indeks
kesukarannya
Menurut ketentuan yang
sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan, sebagai berikut:
-
Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
-
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
-
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.[1]
Walaupun demikian ada
yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang,
adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.
Perlu diketahui bahwa
soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar, lalu tidak berarti tidak boleh
digunakan. Hal ini tergantung dari penggunaannya. Jika dari pengikut yang
banyak, kita menghendaki yang lulus hanya sedikit, kita ambil siswa yang paling
top. Untuk ini maka lebih baik diambilkan butir-butir tes yang sukar.
Sebaliknya jika kekurangan pengikut ujian, kita pilih kan soal-soal yang
mudah. Selain itu, soal yang sukar akan menambah gairah belajar bagi siswa yang
pandai, sedangkan soal-soal yang terlalu mudah, akan membangkitkan semangat
kepada siswa yang lemah
1.
Daya pembeda soal
Menurut
Suharsimi, daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
peserta didik yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan peserta didik yang bodoh (berkemampuan
rendah).[1]
Menurut Anas Sudijono daya membeda item
adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan atau
mendeskriminasi antara testee yang berkemampuan tinggi (pandai), dengan testee
yang berkemampuan rendah (bodoh) demikian rupa sehingga sebagian besar testee
yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak
yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawab butir
item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan betul.[2]
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir
soal mampu menbedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan
peserta didik yang belum menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.
Semakain tinggi koefisien daya pembeda butir
soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang
menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi.[3]
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir
soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan peserta
didik yang tergolong kurang atau lebih prestasinya. Artinya bila soal tersebut
diberikan kepada peserta didik yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang
tinggi, dan bila diberikan kepada peserta didik yang lemah, hasilnya rendah.[4]
Tes
dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut diujikan kepada
peserta didik berprestasi tinggi, hasilnya rendah, dan jika diujikan kepada peserta
didik yang lemah hasilnya lebih tinggi. Atau jika diberikan kepada kedua
kategori peserta didik tersebut hasilnya sama saja. Oleh karena itu, tes yang
tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai
dengan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Suatu keanehan jika peserta
didik pandai tidak lulus, tetapi peserta didik bodoh lulus dengan baik tanpa
dilakukan manipulasi oleh penilai atau di luar faktor kebetulan.
Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D (d besar). Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi ini
berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal
tanda negative (-), tetapi pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal
“terbalik” menunjukan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak
bodoh disebut pandai.[1]
Dengan demikian ada tiga titik pada daya
pembeda yaitu:
-1,00
↔ 0,0
↔ 1,00
Daya pembeda Daya pembeda Daya pembeda
negative rendah
tinggi
Bagi soal yang dapat dijawab benar oleh peserta didik pandai maupun
bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak ada daya pembeda. Demikian pula
jika semua siswa baik pandai maupun bodoh dapat menjawab dengan benar. Soal
tersebut tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat
dijawab benar oleh siswa yang pandai-pandai saja.
Untuk menghitung indeks pembeda pengikut tes dikelompokkan yaitu:
kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau
kelompok bawah (lower group).
Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar,
sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai D
paling besar yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab
salah, tetapi kelompok bawah menjawab
betul, maka nilainya D nya -1,00. Tetapi jika kelompok atas dan kelompok bawah
sama-sama menjawab benar atau salah, maka soal tersebut mempunyai nilai D 0,00.
Karena tidak mempunyai daya pembeda sama sekali.
Cara menentukan daya pembeda (nilai D) berbeda antara
kelompok kecil (kurang dari 100 orang) dengan kelompok besar (100 orang ke
atas)[2].
1. Untuk kelompok kecil.
Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50%
kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
Contoh:
Siswa
|
Skor
|
Keterangan
|
A
B
C
D
E
|
9
8
7
7
6
|
Kelompok atas (JA)
|
A
B
C
D
E
|
5
5
4
4
3
|
Kelompok bawah (JB)
|
Seluruh peserta tes, dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah,
lalu dibagi 2 (dua).
1. Untuk kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka
untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor
teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% terbawah sebagai kelompok bawah
(JB).
Contoh:
boleh minta file lengkapnya, kalo boleh tlg dikirimkan ke email ini: n.rinarta@gmail.com.
BalasHapussebagai bahan blajar.
terima kasih
Boleh minta File lengkapnya juga gak? email saya @dezyzaleh97@gmail.com. Makasih.
BalasHapusSaya butuh makalah ini, apa bisa di bantu berikan file yang lengkap, kalau bisa tolong kirim bantu untuk email. Alibluek123@gmail.com
BalasHapusboleh minta file lengkanp nya gak? kalu bisa tolong kirim ke email lukmanbarker@gmail.com
BalasHapusboleh minta file lengkapnya tolong dikirim ke email sitifazriah58@gmail.com
BalasHapusterimakasih...
maaf sebelumnya ,,,Saya butuh makalah ini, apa bisa di bantu berikan file yang lengkap, kalau bisa tolong bantu kirim untuk email. Ustadzropi92@gmail.com
BalasHapusBoleh minta file ini tidak ?
BalasHapusKalau boleh tolong kirim ke akmalulmirah@gmail.com
Terima kasih
Selamat sore. Saya mahasiswa Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi Jakarta
BalasHapusjika berkenan, apakah saya boleh meminta file lengkapnya untuh bahan belajar?
Tolong dikirimkan ke emal aninnadiyah@gmail.com
Terima kasih.
Play at Play at Play at Play at Play at Play at Play at Play at
BalasHapusPlay at Play 저녁메뉴추천룰렛 at Play 188 벳 at Play at Play at 홀덤 용어 Play at Play at Play at Casino Sites · Wildz Casino · Leo Vegas Casino · BetUS Casino · Bovada Casino bet365 es · Leo Vegas 게임 사
The Most Iconic Video Slots On The Planet - Jancasino
BalasHapusThe most iconic 바카라 사이트 video slot 출장안마 is the jancasino 7,800-calibre slot machine called Sweet Bonanza. This slot machine was developed in 2011, poormansguidetocasinogambling developed kadangpintar in the same studio by